Skip to main content

Jakarta?? Hidupku Sangat Sial

Sebentar lagi aku (mungkin), kakak, dan Ibu akan pergi ke Jakarta untuk menghadiri acara wisuda adik saya.

Acara tersebut akan dilaksanakan pada tanggal 29 Mei nanti.

Kakak berpesan pada saya bahwa saya 'akan' tinggal disana.

Saya merasa takut dan bingung. Kenapa? Saya merasa belum siap untuk merantau. Mental saya belum siap.

Saya takut tidak mendapatkan pekerjaan dengan segera. Saya juga merasa sangat segan sekali menjadi  penumpang di rumah keluarga. Saya takut menjadi penambah beban bagi mereka.

Meskipun begitu, tinggal di kampung pun saya merasa bingung juga. Kenapa? Saya belum mendapatkan pekerjaan tetap yang punya pendapatan setidaknya menghidupi diri saya sendiri. Pendapatan itu sangat kecil dan tidak menentu. Saya mengajar les. Memang sih, bayaran per pertemuan adalah 40 ribu, tetapi saya seringkali takut pergi soalnya sangat segan untuk menghadapi orang lain. Saya takut membuat orang kecewa.

Sebenarnya, saya sangat pengen pergi jauuuuuhh sekali dari rumah ini. Saya sangat dendam kepada ayah saya tapi tidak ke Jakarta juga.

Saya tidak suka kepada ayah saya sebab ia bukan orang yang bertanggung jawab. Ia tidak pernah membimbing saya dalam menghadapi hidup ini. Ia juga tidak pernah membantu Ibu membiayai sekolah saya. Ayah membuat Ibu menanggung seluruh beban keluarga kami di pundak Ibu. Makanya Ibu mengalami stroke. Oleh karenanya,  saya sangat benci kepada ayah saya.

Sampai saat ini, ia tidak bertindak sebagaimana ayah seharusnya.

Eh jadi lari dari topik ya???

Saya tidak pengen ke Jakarta. Sebenarnya, saya pengen mati segera, ingin bunuh diri tetapi hal itu akan merusak nama keluarga serta saya juga merasa takut dengan kesakitan yang akan saya alami sebelum kematian itu. Saya selalu berharap bisa mati dengan tenang kayak mati kena serangan jantung ketika tidur.

Sudah lama saya mengharapkannya, tetapi sampai kini tidak kesampaian.

Jikalau saya masih berumur panjang, saya pengen sekali hidup jauh dari perkotaan seperti para pertapa Buddha. Hidup sesederhana mungkin.

Saya tidak punya cita-cita lagi. Tapi memang ada satu keinginan yang hendak saya raih, yaitu menggambar di tablet sendiri. Hanya itulah satu2nya hal yang saya harapkan kini.

Jadi, intinya apakah saya akan ke Jakarta? Saya tidak tahu, tapi jikalau ke Jakarta membuat saya menjadi orang yang mandiri, saya pengen tinggal di sana.

Tapi, sih biasanya, segala hal baik yang kupikirkan tidak pernah terjadi. Selalu, nasib sial menimpaku.

Akhir kata, berapa lama lagi aku menunggu kematianku??

Sial, kurang ajar, fuck, bangsat..

Popular posts from this blog

Wakare No Yokan by Teresa Teng (English & Indonesian Translation)

Kali ini, saya hendak berbagi terjemahan lirik lagu Wakaren No Yokan (Teresa Teng). Sebetulnya, lagu Wakare No Yokan ini berbahasa Jepang. Tapi, alunan melodi lagu ini telah menggugah hati saya untuk mencari makna yang terkandung dalam lagu ini. Pertama2, saya mencari terjemahan lirik lagunya dalam bahasa Indonesia melalui Googel. Nggak ketemu. Lalu, saya berpikir sejenak. "Gimana ya bisa menemukan terjemahannya?" Sebuah ide pun tiba2 muncul di kepala saya. English translation. Saya pun mengetikkan kata kunci ini di Google. " English translation of Wakare No Yokan by Teresa Teng ." Beruntung, saya pun menemukannya dari alamat di bawah ini. Wakare No Yokan - Teresa Teng (English Translation) Thanks a lot for the admin who share that translating for us. Lets see my translation! Please comment, jika anda menemukan terjemahan y kurang cocok atau pun y salah. Arigatto! Wakare No Yokan - Teresa Teng Presentiments of a Break-up Firas

Puisi 3 Hari | Part 3

Para Pemberani dan Aku Masa depan ada di tangan kita sendiri Kata mereka para pemberani Para pemberani lagi mikirin bagaimana bangun rumah bersama anak istri Sedang aku lagi mikirin bagaimana rasanya pacaran walau hanya sekali Mereka para pemberani lagi nyicil mobil pribadi Sedang aku lagi nyicil kartu triji Mereka para pemberani setiap tahun ngirimin duit belasan kali Sedang aku lagi nabung duit buat beli rambutan setali Mereka para pemberani ngasih duit buat donasi Sedang aku minjam duit buat beli nasi Mereka para pemberani waktu liburan travel ke luar negeri Sedang aku waktu liburan travel di kamar terkunci Mereka para pemberani sibuk setiap hari untuk mengembangkan diri Sedang aku sibuk setiap hari menambah aib pribadi Terlalu malu aku menuliskan gambaran diri Sebab yang ada hanya memalukan diri sendiri Ah, para pemberani aku pengen menyandarkan diri Kepada kalian para ... Bingung mau nulis apa lagi. Gaya penulisan puisi ini terinspirasi dari tulisan Najwa Shihab dan Abdur Rasyad (

Menyangkal Diri

"Nikmatnya berpuasa". Aku percaya bahwa kalimat di atas akan keluar dari mulut orang2 yang menjalankan puasa dengan sungguh2. Kenapa aku mengatakan demikian? Setelah 2 hari aku menjalani puasa, aku sedikitnya sudah memahami apa arti dari penyangkalan diri . Aku masih mengingat firman yang diucapkan oleh Yesus tentang penyangkalan diri, yaitu Lalu Yesus berkata kepada murid-murid-Nya: "Setiap orang yang mau mengikut Aku, ia harus menyangkal dirinya, memikul salibnya dan mengikut Aku. (Matius 16 : 24) Sebelumnya, aku tidak paham arti dari menyangkal diri . Aku berpikir bahwa menyangkal diri adalah sebuah hal yang membingungkan, sebab aku berkata dalam hatiku, "Bagaimanakah mungkin seseorang dapat menyangkal dirinya sendiri? Bukankah kita harus percaya kepada diri sendiri? Sebab jikalau saya menyangkal diri, maka saya akan semakin terjebak dalam rasa rendah diri." Aku baru sadar bahwa pemikiran itu adalah salah. Menurut apa yang saya yakini dan alami, pe