"Nikmatnya berpuasa".
Aku percaya bahwa kalimat di atas akan keluar dari mulut orang2 yang menjalankan puasa dengan sungguh2.
Kenapa aku mengatakan demikian?
Setelah 2 hari aku menjalani puasa, aku sedikitnya sudah memahami apa arti dari penyangkalan diri.
Aku masih mengingat firman yang diucapkan oleh Yesus tentang penyangkalan diri, yaitu
Lalu Yesus berkata kepada murid-murid-Nya: "Setiap orang yang mau mengikut Aku, ia harus menyangkal dirinya, memikul salibnya dan mengikut Aku.
(Matius 16 : 24)
Sebelumnya, aku tidak paham arti dari menyangkal diri. Aku berpikir bahwa menyangkal diri adalah sebuah hal yang membingungkan, sebab aku berkata dalam hatiku,
"Bagaimanakah mungkin seseorang dapat menyangkal dirinya sendiri? Bukankah kita harus percaya kepada diri sendiri? Sebab jikalau saya menyangkal diri, maka saya akan semakin terjebak dalam rasa rendah diri."
Aku baru sadar bahwa pemikiran itu adalah salah.
Menurut apa yang saya yakini dan alami, penyangkalan diri adalah sebuah keadaan dimana kita tidak mendengarkan hal2 buruk dalam pemikiran kita, dan berkata kepada hal2 buruk tersebut, "Itu bukanlah aku", serta tidak bercakap2 dengan pemikiran tersebut.
Ketika saya melakukannya, saya menyadari bahwa selama ini kesalahan yang saya perbuat terjadi akibat saya meladeni pemikiran buruk saya untuk berdiskusi - dan lebihnya lagi, aku berdiskusi dengannya panjang lebar sehingga aku pun mengalah kemudian terpuruk.
Aku harap dari hari ke hari bisa belajar lebih baik lagi tentang penyangkalan diri.
Dan pastinya, aku tidak bisa melepaskan doa dalam kehidupanku, sebab doa lah yang menguatkan aku.
Terimakasih Bapa, terimakasih Yesus, terimakasih Roh Kudus. Amen.