Saya mengutip sebagian status dari salah satu teman facebook saya (Raymond Liaw) y menurut saya memberikan pencerahan bagi saya perihal "memberi".
Bunyinya seperti ini,
"Dulu sewaktu kecil saya pernah bertanya kenapa ibi selalu memberi mereka (peminta2) minum karena hal itu akan membuat mereka jadi kebiasaan meminta-minta kepada keluarga kita.
Ibu saya cuma jawab singkat 'tidak apa-apa karena kita punya cukup air untuk kita minum.'"
Raymond Liaw melanjutkan bahwa hal ini mempengaruhi dirinya untuk memberi juga kepada seorang tukang bakso y selalu meminta uangnya ketika ia makan sama tukang bakso itu. Ada sukacita y ia rasakan ketika mampu memberi. Hal ini pun terturunkan juga kepada anak sulungnya y masih berumur 10 tahun. Y selalu memberi makan kepada orang y minta2 di depan rumah mereka di Texas.
Raymond Liaw menutup tulisannya dengan kalimat berikut.
"Berbahagialah kita y dilahirkan dan dibesarkan bukan dari keluarga mampu/kaya, tetapi kita mampu untuk memberi."
Membaca pesan terakhir ini, saya jadi teringat kepada seorang sahabat saya di kampus dulu. Ia bernama Defen Sianipar. Defen ini orangnya sangat suka menolong dan memberi. Setiap kali seorang pengemis lewat di depan kami, dia selalu memberi - seribu atau 2ribuan. Bahkan kalo dia nggak punya uang 'kecil', dia akan bertanya kepada saya apakah saya punya uang 'kecil' untuk diberikan kepada pengemis tersebut.
Hal ini pun mendorong saya untuk tidak 'terlalu' perhitungan ketika memberi kepada para pengemis.
Paling lambat minggu depan, saya akan mempraktekkan hal ini with my own way.
#SemogaSaja
;)