Skip to main content

Benarkah itu Dirimu?

Hari sudah tampak menuju senja. Sudah kelamaan ini, pikirku. Aku pun terbirit2 berjalan menuju 'restoran kecil' tempat aku mengisi perut kosongku seperti biasa.

Kakiku pun secara tiba2 melambatkan gerakannya. Kenapa? Sebab seorang gadis terlihatku mirip seperti gadis gebetanku. Ia memiliki postur yang sangat mirip dari belakang dengan gebetanku.

Hatiku sudah pengen melompat kegirangan. Namun, semuanya sirna ketika aku melihat ia bersama sesosok pria di sampingnya.

Bercanda dan tertawa. Mereka terlihat sangat akrab. Bahkan, si pria tersebut minum H2O dari tupperware si gadis itu.

Aku tidak pengen mengambil kesimpulan gegabah, pikirku dalam benakku.

Suatu percepatan pun kulakukan pada langkah kakiku agar dapat segera menyusul mereka berdua.

Kendati begitu, rencana penyusulan itu gagal sebab persimpangan jalan menuju 'restoran kecil' sudah tepat di atas telapak kakiku #eh sepatuku.

Perlambatan pun kulakukan sembari melirik ke arah mereka yang semakin menjauh dariku. Bahkan, sejenak aku berhenti sambil berharap si gadis tersebut menoleh ke samping agar aku bisa melihat wajahnya.

Sayangnya, hal itu tidak terjadi.

Perasaan galau menghantuiku sembari kakiku melangkah menuju 'restoran kecil' tersebut.

Sambil bertanya2 dalam hati.

"Siapakah gadis itu? Benarkah ia adalah gebetanku?"

Aku sempat bersyukur jikalau itu adalah benar2 gadis gebetanku. Dengan begitu aku tidak perlu lagi kuatir ketika ia sedang sakit karena kekasihnya akan ada untuknya. Dan juga, aku tidak perlu kuatir ketika ia sedang ber "happy birthday" sebab kekasihnya akan memberikan kado untuknya. Serta, aku tidak perlu kuatir lagi ketika ia akan wisuda sebab kekasihnya akan berdiri di dekatnya.

Meskipun demikian, aku tidak bisa mendustai perasaanku. Ada sedikit rasa kecewa, iri, dan putus asa yang timbul dalam hati.

"Kenapa bukan aku yang berjalan bersamanya ketika ia hendak pulang?"

Oh Tuhan, aku ingin mengutuk diriku. Tapi, Engkau berkata bahwa hidupku bukanlah hakku sebab Engkau lah pemberinya.

"Sampai kapan aku harus menjadi seorang pecundang seperti ini?"

Jatuh hati kepada seorang gadis namun tak pernah berani untuk mengungkapkannya?

:(

Popular posts from this blog

Wakare No Yokan by Teresa Teng (English & Indonesian Translation)

Kali ini, saya hendak berbagi terjemahan lirik lagu Wakaren No Yokan (Teresa Teng). Sebetulnya, lagu Wakare No Yokan ini berbahasa Jepang. Tapi, alunan melodi lagu ini telah menggugah hati saya untuk mencari makna yang terkandung dalam lagu ini. Pertama2, saya mencari terjemahan lirik lagunya dalam bahasa Indonesia melalui Googel. Nggak ketemu. Lalu, saya berpikir sejenak. "Gimana ya bisa menemukan terjemahannya?" Sebuah ide pun tiba2 muncul di kepala saya. English translation. Saya pun mengetikkan kata kunci ini di Google. " English translation of Wakare No Yokan by Teresa Teng ." Beruntung, saya pun menemukannya dari alamat di bawah ini. Wakare No Yokan - Teresa Teng (English Translation) Thanks a lot for the admin who share that translating for us. Lets see my translation! Please comment, jika anda menemukan terjemahan y kurang cocok atau pun y salah. Arigatto! Wakare No Yokan - Teresa Teng Presentiments of a Break-up Firas

Puisi 3 Hari | Part 3

Para Pemberani dan Aku Masa depan ada di tangan kita sendiri Kata mereka para pemberani Para pemberani lagi mikirin bagaimana bangun rumah bersama anak istri Sedang aku lagi mikirin bagaimana rasanya pacaran walau hanya sekali Mereka para pemberani lagi nyicil mobil pribadi Sedang aku lagi nyicil kartu triji Mereka para pemberani setiap tahun ngirimin duit belasan kali Sedang aku lagi nabung duit buat beli rambutan setali Mereka para pemberani ngasih duit buat donasi Sedang aku minjam duit buat beli nasi Mereka para pemberani waktu liburan travel ke luar negeri Sedang aku waktu liburan travel di kamar terkunci Mereka para pemberani sibuk setiap hari untuk mengembangkan diri Sedang aku sibuk setiap hari menambah aib pribadi Terlalu malu aku menuliskan gambaran diri Sebab yang ada hanya memalukan diri sendiri Ah, para pemberani aku pengen menyandarkan diri Kepada kalian para ... Bingung mau nulis apa lagi. Gaya penulisan puisi ini terinspirasi dari tulisan Najwa Shihab dan Abdur Rasyad (

Menyangkal Diri

"Nikmatnya berpuasa". Aku percaya bahwa kalimat di atas akan keluar dari mulut orang2 yang menjalankan puasa dengan sungguh2. Kenapa aku mengatakan demikian? Setelah 2 hari aku menjalani puasa, aku sedikitnya sudah memahami apa arti dari penyangkalan diri . Aku masih mengingat firman yang diucapkan oleh Yesus tentang penyangkalan diri, yaitu Lalu Yesus berkata kepada murid-murid-Nya: "Setiap orang yang mau mengikut Aku, ia harus menyangkal dirinya, memikul salibnya dan mengikut Aku. (Matius 16 : 24) Sebelumnya, aku tidak paham arti dari menyangkal diri . Aku berpikir bahwa menyangkal diri adalah sebuah hal yang membingungkan, sebab aku berkata dalam hatiku, "Bagaimanakah mungkin seseorang dapat menyangkal dirinya sendiri? Bukankah kita harus percaya kepada diri sendiri? Sebab jikalau saya menyangkal diri, maka saya akan semakin terjebak dalam rasa rendah diri." Aku baru sadar bahwa pemikiran itu adalah salah. Menurut apa yang saya yakini dan alami, pe