Sesuai judulnya, tulisan ini adalah tulisan yang udah bisa dibilang cukup usang. 3 tahun lalu. Tulisan ini bercerita tentang pengalaman saya sewaktu dekat dengan orang yang saya suka. Untuk pertama kalinya, saya bisa duduk bersebelahan dengan orang yang saya suka.
Nah ini suratnya.
---
Sekian cerita pertama saya,
bagi pembaca, saya ucapkan terima kasih.
Jawaban dari doa itu adalah
“Saya harus berfokus pada pelajaran saya. Terlebih dahulu, saya harus memantaskan diri menjadi orang yang bijaksana dan pemberani dengan begitu saya pasti mendapatkan orang yang tepat bagi saya.
Saya tidak menyesal pernah menyukai beberapa wanita dan tidak seorang pun yang pernah jadi pacarku. Yang saya sesali adalah saya belum pernah berani untuk mengungkapkan perasaan saya yang sejujurnya.
However, saya masih berharap agar saya menjadi seorang yang pemberani.”
---
Agak panjang ya? Memang iya. Kebanyakan bertele-tele. Tapi, kini AYS bukanlah orang yang menjadi idaman saya lagi. Saya sudah nggak punya idaman lagi - untuk saat ini - alias menjomblo. Agak sedih memang. Terlebih untuk saat-saat 'genting' seperti saat ini, saya sangat membutuhkan seorang yang bisa menjadi teman curhat saya.
Kok jadi curhat ya? Heheheheh.
Nah ini suratnya.
---
Ini
kisahku ketika hari Jumat. Emangnya kenapa? Saya merasa sangat senang sekali,
karena ini pertama kalinya aku bisa dekat dengan orang yang aku sukai. Sebut
saja namanya, AYS. Aku masih mengingat kejadian itu. Begini kejadiannya.
(Andaikan
hari ini adalah hari Jumat ya)
Pada hari ini, saya tidak melakukan sesuatu yang
bermanfaat di kampus. Hanya belajar teknik sampling pada pukul 08.00 WIB. Usai
dari sana, saya segera mampir ke USUneta. Tempat nongkrong saya biasanya dengan
teman-teman saya.
Sebenarnya, saya akan masuk kuliah pada pukul 13.00 WIB,
namun Asisten Dosen mengatakan bahwa minggu ini kami tidak masuk kuliah.
Jadinya, saya memiliki waktu luang sekitar 3 jam. Jadi, saya mau berpikir apa
hal yang harus saya lakukan dalam waktu yang cukup banyak seperti itu?
Kebiasaan saya pun muncul, yakni mengajak teman saya, sebut saja namanya ACS. Kami
berdua pun nongkrong di dalam perpustakaan sambil baca-baca buku. Waktu pun
berlalu begitu cepat. Sekarang jam pendek menuju arah pukul 1 siang.
Dengan
segera, saya langsung berlari menuju unit 1 FMIPA USU (soalnya saya sudah tidak
sabar lagi bertemu dengan AYS). Saya pun melihat koordinator saya, sebut saja
namanya JBP. Di dalam kegiatan kami, saya bertugas sebagai seksi pudekdok. Ternyata,
kami dari seksi pudekdok, masih terkumpul 3 orang saja. Tanpa berbasa-basi, JBP
langsung memulai rapat kami. Ketika itu kami membahas tentang pembuatan logo
dalam kegiatan kami.
Ketika rapat masih berlangsung, JBP pun berhenti sejenak
dan berkata bahwa ia melihat AYS. JBP pun menuju ke sana, dan memanggilkan AYS
untuk ikut rapat dengan kami. Setiap orang ditanya oleh JBP tentang konsep apa
yang telah mereka buat. Ketika JBP bertanya kepada AYS, AYS menjawab bahwa ia belum membuat konsep yang dimaksud
oleh JBP. JBP pun menyuruh agar membuatkan konsep atau sketsa tentang logo
tersebut dan berkata bahwa hal itu dikirim melalu email facebook.
Dalam hati
saya, saya berpikir bahwa kenapa AYS tidak memberikan konsep itu juga kepada
saya. Saya pun terdiam dan membisu. Sambil berpikir tentang rapat, saya
memikirkan sebuah pertanyaan untuk bertanya kepada AYS. Pertanyaannya adalah
“Bagaimana menurut AYS?”. Namun, saya tidak mengungkapkan hal itu. Saya merasa
bingung, padahal dalam hati saya bahwa ini kesempatan yang tepat untuk memulai
komunikasi.
Ketika rapat, AYS duduk tepat di sebelah kananku namun kelang satu
kursi. Karena JBP melihatnya agak menjauh, JBP pun berdiri (duduk tepat di
sebelah kiriku), dan menyuruh ia duduk di tempat duduk JBP. Melihat hal itu,
saya merasa sangat senang sekali.
Saya mendengar suaranya yang begitu lembut.
Dan juga suara ketika ia tertawa. Tidak sengaja, tangan saya dan tangan AYS
berhimpit. Sambil mencoret-coret buku untuk memberikan sketsa yang cocok untuk
logo, saya juga berusaha agar tangan kami tidak terlepas. Saya merasakan sebuah
kehangatan (hehehehehhe).
Kendati demikian, saya tidak merasa deg-deg an. Kebingungan
memenuhi pikiran saya. Apakah AYS bukanlah pasangan yang tepat bagi saya?
Tidak
terasa, waktu menunjukkan pukul setengah tiga. Karena konsepnya juga sudah
ketemu, JBP pun memutuskan untuk mengakhiri rapat kami hari ini. Ia dan seorang
perempuan seksi pudekdok lain pergi meninggalkan kami.
Dan pada hari ini, kami
pun duduk berdua. Saya terdiam untuk memikirkan apa pertanyaan agar saya
memiliki komunikasi dengannya. Disamping itu, tangan kami berdua belum
terlepas.
Tiba-tiba, AYS bertanya kepada saya,
“Bang, udah siap kan rapatnya?”
Saya menjawab : “Udah.” (itu saja).
Muncul satu pertanyaan yang tepat dalam
hati saya, yaitu “Kalian masih masuk kuliah, dek?”. Namun, pertanyaan tersebut
tidak saya ungkapkan kepadanya.
Dan AYS pun berkata lagi,
“Jadi, dah bisa
pulang kan bang?”
“Ia”, itu jawabku.
“Makasih ya bang.”, balas AYS.
Saya berpikir
dalam hati, ia berterimakasih untuk apa ya? Tapi, baru kali ini saya merasa
dihormati oleh seseorang. Tidak tahu ya, mungkin karena pengaruh perasaan saya
ini kali.
”Duluan ya bang”, imbuh AYS lagi.
Aku hanya duduk dan menunduk ketika
menjawabnya dan berkata “ia” saja, hanya itu. Tangan kami pun terlepas.
Ketika
ia sudah pergi, pikiran saya berkata, kalau saja waktu ini begitu lambat, kami
akan bersama lebih lama. Dan penyesalan pun terus membayangi pikiran saya.
Kenapa tidak begini dan begitu tadi. Bodoh, bodoh.
Kira-kira 2 menit sesudah ia
pergi, saya pun pergi menuju perpustakaan untuk melihat ia sejenak. Namun, AYS
sudah tidak kelihatan lagi.
Walau menyesal, hati saya tetap merasa senang.
Sampai hari Minggu (sudah selesai pengandainnya) ini, pikiran saya selalu
menyebut-nyebut nama AYS.
Doa saya panjatkan kepada Tuhan agar AYS menjadi
orang yang tepat bagi saya. Kiranya Tuhan menghendakinya, tapi rencana Tuhan
pun jadilah (karena rencana Tuhan selalu terbaik).
“Saya harus berfokus pada pelajaran saya. Terlebih dahulu, saya harus memantaskan diri menjadi orang yang bijaksana dan pemberani dengan begitu saya pasti mendapatkan orang yang tepat bagi saya.
Saya tidak menyesal pernah menyukai beberapa wanita dan tidak seorang pun yang pernah jadi pacarku. Yang saya sesali adalah saya belum pernah berani untuk mengungkapkan perasaan saya yang sejujurnya.
However, saya masih berharap agar saya menjadi seorang yang pemberani.”
---
Agak panjang ya? Memang iya. Kebanyakan bertele-tele. Tapi, kini AYS bukanlah orang yang menjadi idaman saya lagi. Saya sudah nggak punya idaman lagi - untuk saat ini - alias menjomblo. Agak sedih memang. Terlebih untuk saat-saat 'genting' seperti saat ini, saya sangat membutuhkan seorang yang bisa menjadi teman curhat saya.
Kok jadi curhat ya? Heheheheh.