Skip to main content

Surat 18 Oktober 2015

Sesuai judulnya, tulisan ini adalah tulisan yang udah bisa dibilang cukup usang. 3 tahun lalu. Tulisan ini bercerita tentang pengalaman saya sewaktu dekat dengan orang yang saya suka. Untuk pertama kalinya, saya bisa duduk bersebelahan dengan orang yang saya suka.

Nah ini suratnya.

---

Ini kisahku ketika hari Jumat. Emangnya kenapa? Saya merasa sangat senang sekali, karena ini pertama kalinya aku bisa dekat dengan orang yang aku sukai. Sebut saja namanya, AYS. Aku masih mengingat kejadian itu. Begini kejadiannya.

(Andaikan hari ini adalah hari Jumat ya)
Pada hari ini, saya tidak melakukan sesuatu yang bermanfaat di kampus. Hanya belajar teknik sampling pada pukul 08.00 WIB. Usai dari sana, saya segera mampir ke USUneta. Tempat nongkrong saya biasanya dengan teman-teman saya.

Sebenarnya, saya akan masuk kuliah pada pukul 13.00 WIB, namun Asisten Dosen mengatakan bahwa minggu ini kami tidak masuk kuliah. Jadinya, saya memiliki waktu luang sekitar 3 jam. Jadi, saya mau berpikir apa hal yang harus saya lakukan dalam waktu yang cukup banyak seperti itu?

Kebiasaan saya pun muncul, yakni mengajak teman saya, sebut saja namanya ACS. Kami berdua pun nongkrong di dalam perpustakaan sambil baca-baca buku. Waktu pun berlalu begitu cepat. Sekarang jam pendek menuju arah pukul 1 siang.

Dengan segera, saya langsung berlari menuju unit 1 FMIPA USU (soalnya saya sudah tidak sabar lagi bertemu dengan AYS). Saya pun melihat koordinator saya, sebut saja namanya JBP. Di dalam kegiatan kami, saya bertugas sebagai seksi pudekdok. Ternyata, kami dari seksi pudekdok, masih terkumpul 3 orang saja. Tanpa berbasa-basi, JBP langsung memulai rapat kami. Ketika itu kami membahas tentang pembuatan logo dalam kegiatan kami.

Ketika rapat masih berlangsung, JBP pun berhenti sejenak dan berkata bahwa ia melihat AYS. JBP pun menuju ke sana, dan memanggilkan AYS untuk ikut rapat dengan kami. Setiap orang ditanya oleh JBP tentang konsep apa yang telah mereka buat. Ketika JBP bertanya kepada AYS, AYS menjawab bahwa ia belum membuat konsep yang dimaksud oleh JBP. JBP pun menyuruh agar membuatkan konsep atau sketsa tentang logo tersebut dan berkata bahwa hal itu dikirim melalu email facebook.

Dalam hati saya, saya berpikir bahwa kenapa AYS tidak memberikan konsep itu juga kepada saya. Saya pun terdiam dan membisu. Sambil berpikir tentang rapat, saya memikirkan sebuah pertanyaan untuk bertanya kepada AYS. Pertanyaannya adalah “Bagaimana menurut AYS?”. Namun, saya tidak mengungkapkan hal itu. Saya merasa bingung, padahal dalam hati saya bahwa ini kesempatan yang tepat untuk memulai komunikasi.

Ketika rapat, AYS duduk tepat di sebelah kananku namun kelang satu kursi. Karena JBP melihatnya agak menjauh, JBP pun berdiri (duduk tepat di sebelah kiriku), dan menyuruh ia duduk di tempat duduk JBP. Melihat hal itu, saya merasa sangat senang sekali.

Saya mendengar suaranya yang begitu lembut. Dan juga suara ketika ia tertawa. Tidak sengaja, tangan saya dan tangan AYS berhimpit. Sambil mencoret-coret buku untuk memberikan sketsa yang cocok untuk logo, saya juga berusaha agar tangan kami tidak terlepas. Saya merasakan sebuah kehangatan (hehehehehhe).

Kendati demikian, saya tidak merasa deg-deg an. Kebingungan memenuhi pikiran saya. Apakah AYS bukanlah pasangan yang tepat bagi saya?

Tidak terasa, waktu menunjukkan pukul setengah tiga. Karena konsepnya juga sudah ketemu, JBP pun memutuskan untuk mengakhiri rapat kami hari ini. Ia dan seorang perempuan seksi pudekdok lain pergi meninggalkan kami.

Dan pada hari ini, kami pun duduk berdua. Saya terdiam untuk memikirkan apa pertanyaan agar saya memiliki komunikasi dengannya. Disamping itu, tangan kami berdua belum terlepas.

Tiba-tiba, AYS bertanya kepada saya,

“Bang, udah siap kan rapatnya?”

Saya menjawab : “Udah.” (itu saja).

Muncul satu pertanyaan yang tepat dalam hati saya, yaitu “Kalian masih masuk kuliah, dek?”. Namun, pertanyaan tersebut tidak saya ungkapkan kepadanya.

Dan AYS pun berkata lagi,

“Jadi, dah bisa pulang kan bang?”

“Ia”, itu jawabku.

“Makasih ya bang.”, balas AYS.

Saya berpikir dalam hati, ia berterimakasih untuk apa ya? Tapi, baru kali ini saya merasa dihormati oleh seseorang. Tidak tahu ya, mungkin karena pengaruh perasaan saya ini kali.

”Duluan ya bang”, imbuh AYS lagi.

Aku hanya duduk dan menunduk ketika menjawabnya dan berkata “ia” saja, hanya itu. Tangan kami pun terlepas.

Ketika ia sudah pergi, pikiran saya berkata, kalau saja waktu ini begitu lambat, kami akan bersama lebih lama. Dan penyesalan pun terus membayangi pikiran saya. Kenapa tidak begini dan begitu tadi. Bodoh, bodoh.

Kira-kira 2 menit sesudah ia pergi, saya pun pergi menuju perpustakaan untuk melihat ia sejenak. Namun, AYS sudah tidak kelihatan lagi.

Walau menyesal, hati saya tetap merasa senang. Sampai hari Minggu (sudah selesai pengandainnya) ini, pikiran saya selalu menyebut-nyebut nama AYS.

Doa saya panjatkan kepada Tuhan agar AYS menjadi orang yang tepat bagi saya. Kiranya Tuhan menghendakinya, tapi rencana Tuhan pun jadilah (karena rencana Tuhan selalu terbaik).

Sekian cerita pertama saya, bagi pembaca, saya ucapkan terima kasih.

Jawaban dari doa itu adalah

“Saya harus berfokus pada pelajaran saya. Terlebih dahulu, saya harus memantaskan diri menjadi orang yang bijaksana dan pemberani dengan begitu saya pasti mendapatkan orang yang tepat bagi saya.

Saya tidak menyesal pernah menyukai beberapa wanita dan tidak seorang pun yang pernah jadi pacarku. Yang saya sesali adalah saya belum pernah berani untuk mengungkapkan perasaan saya yang sejujurnya.

However, saya masih berharap agar saya menjadi seorang yang pemberani.”

---

Agak panjang ya? Memang iya. Kebanyakan bertele-tele. Tapi, kini AYS bukanlah orang yang menjadi idaman saya lagi. Saya sudah nggak punya idaman lagi - untuk saat ini - alias menjomblo. Agak sedih memang. Terlebih untuk saat-saat 'genting' seperti saat ini, saya sangat membutuhkan seorang yang bisa menjadi teman curhat saya.

Kok jadi curhat ya? Heheheheh.

Popular posts from this blog

Wakare No Yokan by Teresa Teng (English & Indonesian Translation)

Kali ini, saya hendak berbagi terjemahan lirik lagu Wakaren No Yokan (Teresa Teng). Sebetulnya, lagu Wakare No Yokan ini berbahasa Jepang. Tapi, alunan melodi lagu ini telah menggugah hati saya untuk mencari makna yang terkandung dalam lagu ini. Pertama2, saya mencari terjemahan lirik lagunya dalam bahasa Indonesia melalui Googel. Nggak ketemu. Lalu, saya berpikir sejenak. "Gimana ya bisa menemukan terjemahannya?" Sebuah ide pun tiba2 muncul di kepala saya. English translation. Saya pun mengetikkan kata kunci ini di Google. " English translation of Wakare No Yokan by Teresa Teng ." Beruntung, saya pun menemukannya dari alamat di bawah ini. Wakare No Yokan - Teresa Teng (English Translation) Thanks a lot for the admin who share that translating for us. Lets see my translation! Please comment, jika anda menemukan terjemahan y kurang cocok atau pun y salah. Arigatto! Wakare No Yokan - Teresa Teng Presentiments of a Break-up Firas

Puisi 3 Hari | Part 3

Para Pemberani dan Aku Masa depan ada di tangan kita sendiri Kata mereka para pemberani Para pemberani lagi mikirin bagaimana bangun rumah bersama anak istri Sedang aku lagi mikirin bagaimana rasanya pacaran walau hanya sekali Mereka para pemberani lagi nyicil mobil pribadi Sedang aku lagi nyicil kartu triji Mereka para pemberani setiap tahun ngirimin duit belasan kali Sedang aku lagi nabung duit buat beli rambutan setali Mereka para pemberani ngasih duit buat donasi Sedang aku minjam duit buat beli nasi Mereka para pemberani waktu liburan travel ke luar negeri Sedang aku waktu liburan travel di kamar terkunci Mereka para pemberani sibuk setiap hari untuk mengembangkan diri Sedang aku sibuk setiap hari menambah aib pribadi Terlalu malu aku menuliskan gambaran diri Sebab yang ada hanya memalukan diri sendiri Ah, para pemberani aku pengen menyandarkan diri Kepada kalian para ... Bingung mau nulis apa lagi. Gaya penulisan puisi ini terinspirasi dari tulisan Najwa Shihab dan Abdur Rasyad (

Menyangkal Diri

"Nikmatnya berpuasa". Aku percaya bahwa kalimat di atas akan keluar dari mulut orang2 yang menjalankan puasa dengan sungguh2. Kenapa aku mengatakan demikian? Setelah 2 hari aku menjalani puasa, aku sedikitnya sudah memahami apa arti dari penyangkalan diri . Aku masih mengingat firman yang diucapkan oleh Yesus tentang penyangkalan diri, yaitu Lalu Yesus berkata kepada murid-murid-Nya: "Setiap orang yang mau mengikut Aku, ia harus menyangkal dirinya, memikul salibnya dan mengikut Aku. (Matius 16 : 24) Sebelumnya, aku tidak paham arti dari menyangkal diri . Aku berpikir bahwa menyangkal diri adalah sebuah hal yang membingungkan, sebab aku berkata dalam hatiku, "Bagaimanakah mungkin seseorang dapat menyangkal dirinya sendiri? Bukankah kita harus percaya kepada diri sendiri? Sebab jikalau saya menyangkal diri, maka saya akan semakin terjebak dalam rasa rendah diri." Aku baru sadar bahwa pemikiran itu adalah salah. Menurut apa yang saya yakini dan alami, pe